Wednesday 13 October 2010

Psikologi dan E-Learning, ada apa???

Langsung aja ya, menurut yang saya baca di wiki [setelah mencari di om googs] e-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan e-learning, peserta ajar (learner atau murid) tidak perlu duduk dengan manis di ruang kelas untuk menyimak setiap ucapan dari seorang guru secara langsung. E-learning juga dapat mempersingkat jadwal target waktu pembelajaran, dan tentu saja menghemat biaya yang harus dikeluarkan oleh sebuah program studi atau program pendidikan.

Dalam e-learning, waktu yang di berikan tentu tidak seperti saat kita belajar di kelas, boleh kapan saja, boleh dirumah, sambil tidura, buka baju, de el el deh, sehingga akan terlintas dalam benak kita betapa indahnya e-learning. E-learning di gunadarma sendiri di berikan kepada para mahasiswa agar setiap mahasiswanya mempunyai waktu yang lebih banyak untuk belajar, tidak hanya di kelas, tetapi di rumah atau dimanapun juga, serta agar setiap mahasiswanya “melek” teknologi.

Sekarang pertanyaannya adalah, emangnya ada hubungannya apa, e-learnign sama psikologi? Jangan maksa di sambung-sambungin ya....

Jawabannya tentu aja iya, ada hubungannya. Mungkin aja ada mahasiswa yang udah gak tahan ngerjain soal di v-class gundar, atau karena mau mosting tugas di studentsite pada gak bisa gara-gara servernya lagi lola, mana deadline tugasnya udah di depan mata, jadi gantung diri, kan berabe ... (^_^)v becanda... becanda.. Dosen/staff yang baca bagian in jangan marah ya....

Jawaban benernya, tetap iya, ada hubungannya. Salah satu syarat kegiatan belajar dn belajar yang baik adalah adanya tatap muka antara pangajar dan yang diajar, sehingga, dapat dikatakan, semodern apapun yang namanya e-learning itu, tetap aja ada kekurangannya. Mengapa dalam kegiatan belajar-mengajar perlu adanya tatap muka antara keduanya( pengajar-murid/mahasiswa , karena agar si pengajar tahu dan peka terhadap gerak-gerik si murid, apakah si murid ada masalah, atau sedang gembira, dan atau atau yang lain. Hal inilah salah satu sisi negatif e-learning.

Sedangkan kalau dilihat dari sisi positifnya, dalam e learning, sumber yang dijadikan materi tidak terbatas, ya iya lah, dalam e-learning, setidaknya kita akan sering-sering berjumpa dengan om googs dan om wiki, apalagi kalau sumber materi yang ada (dan ternyata gak ada lagi setelah nyari berjam-jam di depan kompy sampe jamuran) ternyata adalah bahasa asing, si pelajar akan berusaha untuk menerjemahkan dan memahami sendiri isi materi yang ada (dan cuma satu-satunya itu). Dengan e-learning, si pelajar juga mau gak mau harus belajar menjadi orang yang terisolasi dari teman-temannya. Bagaimana tidak, sudah di ketik di paragraf di atas, bahwa sang pelajar harus memahami sendiri isi materi yang diterima, tanpa teman, ataupun dosen yang berada di sampingnya (dalam hal ini, jangan lupa dalil : “kalo beda penafsiran, mo gimana lagi, namanya juga manusia, yang penting bukan aliran sesat”)

Yooosh... akhirnya sampai di akhir. Jangan sungkan untuk mampir lagi ^ ^

No comments:

Post a Comment